Fenomena begal tidak hanya merampas harta benda, tetapi juga merenggut rasa aman warga. Banyak korban mengalami kerugian fisik, materi, hingga luka psikologis yang mendalam. Warga pun semakin takut beraktivitas malam hari dan mulai membatasi ruang gerak di jalanan yang sebelumnya dianggap aman.
Ketua LCKI Batanghari, Yernawita, SH, menegaskan bahwa maraknya begal di Kota Jambi sudah sangat meresahkan dan perlu penanganan cepat.
> “Ini bukan lagi kejahatan biasa, tapi sudah masuk kategori teror sosial. Pemerintah bersama aparat penegak hukum harus turun serius, meningkatkan patroli, memperbaiki penerangan jalan, dan menindak tegas para pelaku. Rakyat butuh rasa aman, jangan sampai Kota Jambi kehilangan citra dan kepercayaan publik,” ujar Yernawita.
Media Harus Jadi Suara Rakyat
Pimpinan Redaksi Digdayanews.my.id, Mr. Solihin, menyoroti fenomena ini dari sisi peran media.
> “Pers tidak boleh diam melihat kondisi ini. Kami akan terus menyuarakan keresahan masyarakat dan mendorong pemerintah serta aparat untuk bergerak cepat. Media adalah mitra rakyat, suara masyarakat harus sampai ke meja pengambil kebijakan,” tegas Mr. Solihin.
Maraknya begal di Kota Jambi juga memberi dampak psikologis jangka panjang. Rasa curiga antarwarga meningkat, kebersamaan mulai terkikis, dan aktivitas sosial masyarakat jadi terbatas. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menggerus kualitas hidup masyarakat kota.
Selain pemerintah dan aparat, masyarakat juga diimbau untuk memperkuat solidaritas. Saling menjaga lingkungan, melapor setiap kejadian, dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan ruang publik yang aman menjadi kunci agar Kota Jambi bisa kembali pulih dari bayang-bayang begal.(Redaksi)
.jpg)
